Senin, 01 April 2013

INTI DA'WAH PARA RASUL

Telah dijelaskan oleh para Ulama bahwa pembagian tauhid itu menjadi tiga: yaitu Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid Asma wa Shifat, dan perkara ini bukanlah perkara yang baru dalam agama atau bid’ah. Ada banyak perkara yang tidak ada pembagiannya di masa Nabi shallallahu ‘alaih wa sallam namun kemudian dibagi oleh para ulama untuk menjelaskan apa yang telah ada di dalam al-Quran dan as-Sunnah, agar memudahkan para penuntut ilmu dalam memahami keduanya. Seperti dalam masalah fikih para ulama menyebutkan syarat sahnya shalat, rukun-rukun, kewajiban-kewajiban dan pembatal-shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apakah perkara ini bid’ah? Tentu saja bukan. Mereka tidak menambah sesuatu yang baru dan tidak pula mengingkari apa yang ada dalam agama ini. Semua itu dilakukan hanya sekadar wasilah untuk memudahkan orang memahami agama Islam.
pembatalnya, padahal pembagian ini tidak ada di zaman Nabi

Berbagai definisi dari makna Tauhid Uluhiyah  telah diungkapkan oleh para Ulama,dengan ungkapan yang bermacam-macam, namun pada hakikatnya ungkapan-ungkapan itu memiliki pengertian yang sama.
 Dan di antara pengertian Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah Subhaanahu wa ta’ala dalam seluruh jenis peribadatan, baik berbentuk perkataan atau perbuatan, yang nampak atau yang tersembunyi, dan tidak mempersembahkan peribadatan tersebut sedikitpun kepada selain Allah azza wa jalla.
Adapun dalil-dalil  yang menjelaskan tentang dakwah tauhid Uluhiyah adalah firman Allah Subhanahu Wata'ala sbb.:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
 “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu.’ .” (An-Nahl: 36)

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّ نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Ilah (yang haq) diibadahi melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian.” (Al-Anbiya: 25)

Ayat-ayat tersebut mengabarkan kepada kita tentang misi dakwah para Rasul, yaitu mentauhidkan Allah dalam beribadah, sebagaimana Allah memberikan contoh-contoh rincian beberapa Rasulnya  Nuh, Hud Shalih, Syuaib, Alaihimus Salam, dan lain-lainnya, Firman-Nya:

لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: ‘Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Ilah bagi kalian selain-Nya.’ Sesungguhnya (kalau kalian tidak menyembah Allah), aku takut kalian akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat) (Al-A’raf: 59)

Demikian pula dakwah Nabi Hud  Alaihis Salam kepada kaumnya, sebagaimana firman-Nya:

وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلاَ تَتَّقُونَ
“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Ilah bagi kalian selain-Nya. Maka mengapa kalian tidak bertakwa kepada-Nya?’.
” (Al-A’raf: 65)

Demikian pula dakwah Nabi Shalih Alaihis Salam , sebagaimana firman-Nya:

وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ
“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Shalih. Ia berkata. ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Ilah bagi kalian selain-Nya’.” (Al-A’raf: 73)


Demikian pula dakwah Nabi Syu’aib Alaihis Salam, sebagaimana firman-Nya:

وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ
“Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata: ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Ilah bagi kalian selain-Nya’.” (Al-A’raf: 85
)

Adapun dalam perkara hukum   maka antara Rasul satu dengan yang lainnya tiaklah mesti sama yang tentunya sesuai dengan hikmah -hikmah yang ada sesuai kehendak  Allah Subhanahu Wata'ala, sebagaimana  berfirman-Nya :
لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا
“Untuk tiap-tiap umat di antara kalian, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.” (Al-Ma`idah: 48)
  “SYIR'ATAN dan MINHAJAN adalah JALAN dan METODA (sunnah).
 Syariat mereka berbeda-beda akan tetapi din mereka satu yaitu DIENUT TAUHID.

Dalam suatu hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim Rahimahumallah, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda :
 وَاْلأَنْبِيَاءُ أَوْلاَدُ عَلاَّتٍ، أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِيْنُهُمْ وَاحِدٌ
“Para nabi itu saudara seayah, ibu-ibu mereka berbeda tapi agama mereka adalah satu.”
 (Muttafaq ‘alaihi )
Adapun hikmah dari berbedanya syariat adalah untuk cobaan dan menguji siapa yang paling taat kepada Allah Subhanahu Wata'ala
Al-Munawi berkata dalam Al-Faidhul Qadir (3/62): “Yaitu pokok agama mereka satu yakni tauhid, dan cabang syariat mereka berbeda-beda. Tujuan diutusnya para nabi yaitu membimbing seluruh makhluk diserupakan dengan ayah yang satu, sedangkan syariat mereka yang berbeda bentuk dan tingkatannya diserupakan dengan para ibu.
 
Inilah sesungguhnya inti dakwah para rasul, dari yang pertama sampai yang terakhir. Yaitu, mentauhidkan Allah dalam peribadatan, Tauhid Uluhiyah.

Oleh karena itu mereka menjadikan Tauhid Uluhiyah sebagai seruan pertama mereka kepada manusia. Sebagaimana perkataan Nuh, Hud, Shaleh, dan Syu’aib ‘alaihimushalatu wa salaam kepada kaumnya: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada sesembahan (yang hak) bagimu selain-Nya.” (QS. Al-A’raaf: 59, 65, 73, 85)
Dan (ingatlah) Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya: “Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah kepada-Nya.” (QS. al-‘Ankabuut: 16)

Dengan perkara ini pula Allah memerintahkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
 Allah berfirman:
قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ
 yang artinya:
 Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. (QS. az-Zumar: 11)

 Bahkan akan menjadi jelas buat kita terutama para du'at bahwa ketika Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam   mengutus Muadz bin Jabbal  pesan Beliau adalah  :

إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ أَهْلِ كِتَابٍ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ عِبَادَةُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَإِذَا عَرَفُوا اللهَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ، فَإِذَا فَعَلُوا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللهَ
“Sesungguhnya engkau mendatangi kaum dari ahli kitab, hendaklah yang pertama kali engkau serukan kepada mereka adalah agar mereka beribadah (mentauhidkan) hanya kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Jika mereka telah mengenal Allah, maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu pada setiap hari dan malam. Jika mereka telah melakukan itu maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan............” (Muttafaq ‘alaihi )

Jadi jelaslah bahwa tauhid Uluhiyah adalah inti dari da'wah para Rasul sehingga bagi seorang dai yang mengajak manusia menuju jalan Allah. bahwa dalam mengemban amanah dakwah, hendaklah kita selalu berusaha mengikuti tuntunan Allah  dan Rasul-Nya, dengan senantiasa mendahulukan skala prioritas dalam menyampaikan agama, dengan menerapkan al-bad`u bil aham fal aham (mendahulukan yang terpenting kemudian yang terpenting berikutnya).

Para nabi menjadikan inti dakwah mereka memurnikan ibadah hanya untuk Allah , sebab kalau mereka mengajarkan amalan-amalan dan telah diamalkannya , sementara tauhid Uluhiyahnya tidak tegak, alias masih melakukan kesyirikan maka sia-sialah amalan mereka dan akan merugilah da'wah mereka, sebagaimana firman Allah :
وَلَوْ أَشْرَكُواْ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 88
)

Wallahu a’lam

Rabu, 26 Desember 2012

POKOK DARI PADA DIENUL ISLAM

Alhamdulillah, kita terlahir sebagai muslim, yang dengannya Allah janjikan kemuliaan, ampunan dan kebahagiaan akhirat yang haqiqi,  serta keridhoan-Nya. 
Kepada semuanya inilah landasan islam yang harus menjadi pegangan "
-MENYERAHKAN DIRI KEPADA ALLAH
-MENTAUHIDKANNYA
-MENJAUHI SEGALA BENTUK KESYIRIKAN
-TUNDUK DENGAN SEGALA PERATURANNYA DENGAN MENJALANI PERINTAH
-SERTA MENJAUHI SEGALA LARANGANNYA


بارك الله فيكم

KEHIDUPAN ADALAH UJIAN

HIDUP INI ADALAH UJIAN DAN 

UJIAN YANG "OPEN BOOK"

SIAPA YANG MAU MENGIKUTI BUKU PETUNJUK

LULUS

SIAPA YANG TIDAK MENGIKUTI PETUNJUK

PASTI GAGAL



LANDASAN ISLAM

LANDASAN ISLAM :
- BERSERAH DIRI KEPADA ALLAH
- MENTAUHIDKANNYA SECARA MURNI
- MENJAUHI KESYIRIKAN
- MELAKUKAN KETAATAN YAITU
- MENJALANKAN PERINTAH
- DAN MENINGGALKAN LARANGANNYA

- SYEIKH BIN BAZZ -

===================================